Qantas Jadi Korban Pemerasan Siber Usai Insiden Pencurian Data Penumpang
Maskapai nasional Australia, Qantas Airways, kini tengah menghadapi pemerasan siber setelah kelompok peretas mengklaim berhasil mencuri data sensitif penumpang. Serangan ini diduga menyasar Qantas Loyalty, program frequent flyer milik perusahaan, dan dilaporkan mencakup informasi pribadi pelanggan bernilai tinggi.
Ringkasan Singkat
Insiden ini pertama kali mencuat setelah kelompok peretas bernama “UNC5537” memposting bukti pencurian data di forum dark web dan mengklaim telah memperoleh akses ke sistem internal Qantas. Data yang diklaim termasuk detail akun pelanggan, aktivitas perjalanan, dan informasi frequent flyer.
Qantas telah mengonfirmasi adanya “insiden siber”, namun belum merinci jumlah data yang terdampak atau apakah peretasan benar-benar berasal dari sistem internal mereka.
Apa Saja yang Diduga Dicuri?
Menurut klaim pelaku, data yang berhasil dicuri mencakup:
- Nama lengkap dan rincian kontak pelanggan
- Informasi akun Qantas Frequent Flyer
- Riwayat penerbangan
- Detail internal terkait loyalitas pengguna
Namun, belum ada bukti kuat bahwa semua data tersebut sahih atau diambil langsung dari server Qantas.
Modus Pemerasan
Pelaku ancam akan membocorkan seluruh data ke publik jika Qantas tidak membayar sejumlah uang sebagai “biaya diam”. Qantas hingga saat ini belum menyatakan apakah mereka akan bernegosiasi atau melibatkan pihak berwenang dalam investigasi.
Pernyataan Resmi Qantas
Dalam pernyataan singkatnya, Qantas menyebut:
“Kami menyadari adanya laporan pihak ketiga yang mengklaim memiliki data pelanggan kami. Investigasi sedang berlangsung untuk memverifikasi validitas klaim tersebut.”
Perusahaan juga menegaskan bahwa sistem utama mereka tetap aman, namun tetap memperingatkan pengguna untuk waspada terhadap potensi phishing dan penyalahgunaan data.
Dampak terhadap Pelanggan
Belum ada laporan mengenai penyalahgunaan data oleh individu yang terdampak. Namun, Qantas Loyalty diketahui mencakup jutaan pengguna aktif, sehingga potensi kerugian privasi bisa sangat besar.
Para pakar keamanan menyarankan pelanggan untuk:
- Mengubah kata sandi akun loyalty mereka
- Waspada terhadap email mencurigakan
- Mengaktifkan autentikasi dua faktor (2FA) jika tersedia








