Google Bantah Klaim Palsu Soal Kebocoran 183 Juta Akun Gmail

Mountain View, California — Google menegaskan bahwa tidak terjadi kebocoran data Gmail, setelah sejumlah media internasional menerbitkan laporan sensasional yang menyebut 183 juta akun Gmail diretas.
Dalam klarifikasi resmi yang dipublikasikan pada Senin (27 Oktober 2025), Google menyatakan bahwa berita tersebut sepenuhnya keliru dan berasal dari kesalahpahaman terhadap basis data hasil pencurian kredensial yang dikumpulkan dari berbagai sumber di internet.
🧩 Bukan Peretasan Gmail, Tapi Kumpulan Data Lama
Kabar palsu ini bermula dari publikasi data oleh Troy Hunt, pendiri situs Have I Been Pwned (HIBP), yang menambahkan 183 juta kredensial bocor ke platformnya.
Namun, data tersebut bukan hasil satu kebocoran besar Gmail, melainkan kompilasi dari berbagai insiden lama, termasuk:
- Infostealer malware (pencuri data),
- Serangan phishing,
- Kebocoran dari situs dan layanan lain,
- Serta upaya credential stuffing di mana peretas mencoba ulang kata sandi lama di berbagai platform.
“Laporan tentang ‘kebocoran keamanan Gmail yang memengaruhi jutaan pengguna’ adalah palsu.
Pertahanan Gmail tetap kuat dan pengguna aman,”
tulis Google melalui akun resminya di X (Twitter).
📊 91% Data Sudah Pernah Beredar Sebelumnya
Menurut Troy Hunt, 91% dari 183 juta akun tersebut sudah pernah muncul di basis data kebocoran sebelumnya, membuktikan bahwa sebagian besar merupakan data lama yang telah beredar bertahun-tahun.
Dari total tersebut, hanya 16,4 juta alamat email yang benar-benar baru terdeteksi di platform HIBP.
“Data ini bukan hasil satu serangan baru, melainkan gabungan dari banyak kebocoran lama,”
jelas Hunt.
🔐 Google: Kami Tetap Lindungi Pengguna
Google menjelaskan bahwa pihaknya secara rutin memonitor kumpulan kredensial bocor seperti ini untuk membantu pengguna:
- Memaksa reset kata sandi jika ditemukan kecocokan,
- Mengamankan ulang akun Gmail dan Workspace yang berpotensi terdampak.
“Gmail mengambil tindakan setiap kali kami mendeteksi kumpulan kredensial terbuka, membantu pengguna mengamankan kembali akun mereka,” kata juru bicara Google.
⚠️ Klaim Sensasional yang Berulang
Ini bukan pertama kalinya Google harus meluruskan berita palsu.
Pada September lalu, beberapa situs juga menyebarkan klaim bahwa 2,5 miliar akun Gmail diretas, yang ternyata berasal dari kebocoran kecil di platform Salesloft yang hanya berdampak pada sebagian kecil akun Workspace.
Klaim seperti ini, menurut Google, justru menimbulkan kepanikan dan beban tambahan bagi pengguna serta pelanggan bisnis, tanpa dasar yang valid.
🧠 Apa yang Harus Dilakukan Pengguna
Jika Anda khawatir akun Anda termasuk dalam kumpulan data tersebut, Google dan HIBP menyarankan langkah berikut:
- Kunjungi: Have I Been Pwned dan periksa email Anda.
- Klik tab “Stealer Logs” untuk melihat apakah akun Anda pernah muncul di basis data pencurian kredensial.
- Jika terdeteksi, segera:
- Jalankan pemindaian antivirus pada komputer,
- Ubah semua kata sandi,
- Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) untuk keamanan tambahan.
🔍 Kesimpulan
Klaim kebocoran 183 juta akun Gmail adalah hoaks yang bersumber dari kesalahan interpretasi kumpulan data lama, bukan hasil serangan baru terhadap infrastruktur Google.
Google menegaskan bahwa sistem keamanan Gmail tetap aman, dan semua pengguna yang terdampak oleh data historis telah atau akan dilindungi melalui mekanisme deteksi otomatis.
Sumber: Google, Have I Been Pwned, BleepingComputer








