Sebuah grup hacker yang sebelumnya diketahui berusaha memengaruhi hasil pemilu Amerika Serikat, kini kembali menjadi sorotan. Mereka mengklaim memiliki akses ke sejumlah email pribadi milik Donald Trump dan mengancam akan membocorkan data tersebut ke publik.
Kronologi Ancaman
- Grup hacker ini dikenal pernah terlibat dalam upaya disinformasi dan serangan siber selama pemilu AS tahun-tahun sebelumnya.
- Mereka mengklaim telah mendapatkan akses ke sistem yang berisi korespondensi email Donald Trump.
- Ancaman yang dilontarkan adalah akan merilis seluruh isi email jika permintaan mereka tidak dipenuhi, meskipun hingga saat ini isi tuntutan belum sepenuhnya jelas.
Apa yang Terjadi?
- Menurut laporan, hacker ini mengincar sistem dari firma hukum dan penyedia layanan TI yang memiliki hubungan dengan Trump dan lingkaran bisnisnya.
- Mereka mengklaim sudah memiliki sejumlah besar data email, dokumen internal, dan komunikasi sensitif.
- Sebagian contoh file sudah diunggah di dark web sebagai bentuk “bukti” atas klaim mereka.
Respon dari Pihak Terkait
- Hingga berita ini ditulis, tidak ada konfirmasi resmi dari Donald Trump maupun tim hukumnya.
- FBI dan lembaga keamanan siber AS (CISA) disebut sedang melakukan investigasi aktif terhadap insiden ini.
- Para ahli keamanan siber memperingatkan bahwa ini bisa menjadi bagian dari kampanye disinformasi atau upaya manipulasi politik menjelang pemilu berikutnya.
Risiko dan Dampaknya
- Ancaman terhadap privasi dan keamanan data tingkat tinggi, khususnya bila data tersebut benar-benar valid.
- Potensi untuk memicu krisis politik dan kepercayaan publik menjelang pemilu.
- Dikhawatirkan dapat digunakan untuk blackmail, manipulasi opini publik, atau penyebaran informasi palsu.
Peringatan dari Pakar Keamanan
- Pakar siber menyarankan agar publik tetap skeptis terhadap bocoran informasi, karena tidak semua data yang disebar bisa diverifikasi keasliannya.
- Mereka juga memperingatkan bahwa insiden ini menunjukkan bahwa ancaman siber global terhadap proses demokrasi masih sangat tinggi.