When in Rome

Berhati-hatilah dengan apa yang Anda harapkan! Barangkali itulah yang ingin disampaikan oleh film berjudul WHEN IN ROME ini. Karena putus asa dan tak terlalu yakin apa yang ia harapkan bakal menjadi kenyataan, Beth Harper (Kristen Bell) malah harus menghadapi banyak masalah yang jauh lebih rumit dari masalah yang semula ia hadapi.

Beth Harper adalah seorang kurator museum di New York yang cukup sukses dalam karier. Di usianya yang masih terhitung muda Beth sudah menduduki posisi yang tak mudah didapatkan namun sebagai konsekuensinya kehidupan pribadi Beth jadi terbengkalai. Kalau soal karier Beth bisa dibilang wanita yang beruntung tapi soal asmara justru malah sebaliknya.

Suatu ketika Beth harus berangkat ke Roma karena adiknya yang berada di sana tiba-tiba memutuskan menikah dengan pria yang baru saja dikenalnya. Saat berada di Italia inilah Beth berkenalan dengan sebuah tempat yang disebut mata air cinta. Konon barang siapa melempar mata uang logam ke kolam mata air ini maka ia akan segera mendapatkan jodohnya. Celakanya, karena sebuah ‘kecelakaan’ Beth bukannya melempar uang logam ke kolam ini malah mengambil beberapa uang logam yang ada di sana.

Kontan saja beberapa pria yang tak dikenalnya tiba-tiba saja memburu Beth ke mana pun ia pergi. Konon, menurut legenda, barang siapa mengambil mata uang logam yang ada di kolam ini maka ia akan berhasil merebut hati pemilik uang logam ini. Kalau sebelumnya Beth harus berusaha keras untuk mendapatkan pria, kini Beth harus mati-matian menghindar dari beberapa pria yang memburunya sampai ke kota New york.

Kalau mau jujur, formula yang ditawarkan Mark Steven Johnson, sang sutradara sekaligus penulis naskah film ini, sebenarnya bisa dibilang generik. Tak banyak hal baru yang ditawarkan Mark kali ini. Dari sepenggal kisah di atas saja Anda pasti akan tahu kalau lelucon yang ada dalam film ini pasti akan berada di seputar kekonyolan saat Beth dikejar-kejar oleh empat pria ini. Anda tidak salah.

Di lain sisi, fungsi film komedi memang adalah untuk menghibur dan untuk fungsi yang satu ini, WHEN IN ROME sebenarnya sudah cukup berhasil. Artinya, penonton tak perlu terlalu banyak berpikir karena alur kisah memang dibuat sangat sederhana. Anda tinggal duduk manis dan menertawakan kekonyolan yang terjadi di antara para karakter dalam film ini. Sebagai bonus, Anda juga mendapat sepenggal kisah romantis yang menjadi sisi lain dari film ini.

Source: KapanLagi

Ahman, yang dikenal dengan nama Ahmandonk, adalah seorang penggemar teknologi, pecinta perjalanan, dan kuliner dari Indonesia. Sejak muda, Ahman sudah tertarik dengan dunia komputer dan teknologi, yang ia bagikan melalui blog Ahmandonk.com dan saluran YouTube AhmandonkVLOG. Di blognya, Ahman sering membahas review teknologi, unboxing gadget, dan pengalaman dengan perangkat komputer, sementara di YouTube, ia berbagi vlog tentang petualangan kuliner, penerbangan, dan perjalanan. Melalui konten yang autentik dan menghibur, Ahman berusaha menginspirasi dan memberi informasi kepada audiensnya, sekaligus menunjukkan kecintaannya pada teknologi, eksplorasi, dan berbagi pengalaman.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *