Menjadi seorang Viking artinya harus mampu memburu dan membantai naga yang selalu membuat kerusakan. Itulah adat yang berlaku di desa Hiccup (Jay Baruchel). Sayangnya, Hiccup bukanlah tipe anak yang ‘beringas’ seperti kebanyakan anak-anak Viking. Hiccup adalah anak yang cerdas dan punya selera humor yang tinggi.
Ini jadi sedikit masalah buat Hiccup karena kepandaian dan selera humor bukanlah yang diharapkan sang kepala suku. Apalagi jika sang kepala suku adalah ayah Hiccup sendiri. Stoick (Gerard Butler) berharap Hiccup bisa menjadi seorang pejuang Viking yang tangguh dan suatu hari nanti menggantikannya menjadi kepala suku yang disegani.
Tak ada pilihan lain selain mengikutkan Hiccup ke dalam acara pelatihan naga agar Hiccup belajar menjadi seorang pria dalam definisi Viking. Sayangnya, ketika bertemu naga, Hiccup justru malah mengadakan pendekatan baru dan meninggalkan cara-cara tradisional Viking. Hiccup memilih berteman dengan sang naga dan berusaha meyakinkan seluruh suku bahwa mereka tak perlu menjadi bangsa pembantai naga dan naga bisa menjadi teman baik manusia jika manusia berusaha mengadakan pendekatan.
Selain Pixar, Hanya ada satu studio film animasi yang bisa jadi jaminan produk animasi berkualitas. DreamWorks. Coba saja lihat hasil karya studio animasi yang digagas oleh Steven Spielberg ini. SHREK, MADAGASCAR, BEE MOVIE, KUNG FU PANDA, dan yang terakhir, HOW TO TRAIN YOUR DRAGON ini, semuanya adalah film berkualitas baik secara visual maupun dari sisi cerita.
HOW TO TRAIN YOUR DRAGON yang didasarkan dari sebuah buku yang diterbitkan tahun 2003 lalu ini sebenarnya hanya ingin menyampaikan satu pesan saja, jangan takut untuk menerima hal baru. Tapi tentu saja pesan itu tak disampaikan dengan cara yang vulgar. Dalam film ini ‘hal baru’ itu dilambangkan dengan naga yang buat bangsa viking di masa itu adalah sesuatu yang belum dipahami dan karena itu jadi sesuatu yang menakutkan. Hiccup adalah lambang generasi muda yang lebih berani mencoba sesuatu yang baru meski risikonya belum mereka ketahui benar.
Dengan ide cerita sederhana ini tum penulis naskah lantas mengubahnya menjadi sebuah alur cerita yang ‘bisa diterima’ baik oleh anak-anak maupun orang dewasa sehingga pangsa pasar HOW TO TRAIN YOUR DRAGON ini jadi lebih luas. Dengan sentuhan dua sutradara, Chris Sanders dan Dean DeBois, tim animator lantas menerjemahkan naskah ini menjadi suguhan visual yang menarik lengkap dengan teknologi 3D yang sekarang memang sedang populer.
Dengan paduan alur cerita yang menarik dengan animasi yang tak kalah bagusnya, layak rasanya menyebut HOW TO TRAIN YOUR DRAGON ini sebagai sebuah film yang menghibur tanpa harus meninggalkan kualitas sebagai sebuah bentuk karya seni.
Source: KapanLagi