Kamis, 3 Desember 2015 – Jalan-Jalan di Kyoto Area
– Sagano Scenic Railway, Hozugawa River Cruises, Bamboo Grove, Tenryu-ji Temple, Nonomiya Shrine, Bamboo Forest Trail, Toei Kyoto Studio Park, Kyoto Station, dan Porta Underground Shopping Mall – (Menginap di Hat’n Hat, Kyoto)
Hari ini kami bangun tepat pukul 07.00, dilanjutkan dengan siap-siap dan sarapan di hostel. Perjalanan hari ini kalau sesuai rencana perjalanan kami adalah ke Bamboo Grove. Tapi kita lihat nanti, apakah ada perubahan jalur atau tidak sesuai keadaan di lokasi.
Dari hostel kami ke Uzumasa Station (San-In Line) untuk menuju ke Saga-Arashiyama Station (San-In Line), lokasinya tidak terlalu jauh, hanya 1 stop saja.
Setelah keluar dari Saga-Arashiyama Station (San-In Line), kami melihat ada 1 bangunan yang sudah ramai dikunjungi oleh wisatawan. Jadi kami masuk kesana untuk mencari tahu, ada tempat wisata apa yang bisa dilihat disana. Rupanya ini adalah Sagano Scenic Railway.
Saat itu kami langsung tertarik naik kereta tersebut dan membeli tiketnya. Pada saat mengantri, kami juga mendapatkan informasi bahwa untuk kembali ke lokasi awal, ada 2 jalur yang dapat dipilih, melalui kereta atau menggunakan kapal/perahu.
Agar tidak sama dengan jalur berangkat kami, lalu kami putuskan untuk mengambil jalur kapal/perahu tersebut. Kami kembali mengantri untuk membeli tiket Hozugawa River Cruises yang harga tiketnya cukup merogoh kocek yaitu 4000 yen per orang, diluar tiket kereta perginya. Setelah beres dengan urusan tiket, kami langsung masuk untuk naik kereta tersebut.
The Sagano Scenic Railway, juga dikenal sebagai Sagano Romantic Train atau Sagano Torokko adalah jalur kereta wisata yang membentang di sepanjang Sungai Hozugawa antara Arashiyama dan Kameoka. Jalur ini sangat menawan, kereta kuno berjalan melalui pegunungan dengan kecepatan relatif lambat, mengambil sekitar 25 menit untuk melakukan perjalanan sejauh tujuh kilometer dan memberikan pemandangan yang menyenangkan dan indah saat mereka melakukan perjalanan dari Arashiyama yang melalui jurang berhutan dan menuju ke pedesaan Kameoka.
Awalnya bagian dari jalur JR Sanin sebelum digantikan oleh yang lebih cepat dan lebih diperlurus perjalanannya pada tahun 1989, jalur kereta api ini tetap dipertahankan dan dilengkapi dengan kereta nostalgia yang menggunakan bangku kayu. Pemandangan sepanjang perjalanan, berubah sejalan dengan pergantian musim, dan kereta ini sangat populer selama musim gugur dari pertengahan November hingga awal Desember ketika daun sepanjang berubah warna. Kereta tidak beroperasi di musim dingin dari 31 Desember sampai akhir Februari.
Setiap kereta terdiri dari empat gerbong tertutup (dengan jendela yang dapat dibuka) dan satu gerbong terbuka penuh. Semua kursi harus dipesan dengan tiket. Tiket berdiri akan dijual apabila kursi penuh. Tiket dapat dibeli di Torokko Saga Station, atau di kantor tiket JR di Kansai Region. Disarankan untuk membeli tiket lebih awal untuk memastikan tempat duduk selama musim liburan. Tidak ada diskon untuk tiket round trip. Sebuah museum kereta kecil dan diorama juga dapat ditemukan di Torokko Saga Station (biaya masuk yang terpisah berlaku).
Wisatawan memiliki beberapa pilihan untuk kembali setelah mereka mencapai Stasiun Kameoka Torokko. Mereka bisa memilih jalan kereta api untuk kembali ke Arashiyama atau berjalan lima menit ke dekat Stasiun Umahori dari mana mereka dapat naik kereta JR untuk kembali ke Arashiyama atau Kyoto. Kebanyakan dari wisatawan menggabungkan kereta wisata dengan Hozugawa River Cruise untuk kembali ke Arashiyama. Sebuah bus selalu siap untuk menghubungkan stasiun kereta api ke titik keberangkatan Hozugawa River Cruise.
Setelah kami puas melihat pemandangan pegunungan, sungai dan jurang-jurang dengan menggunakan Sagano Scenic Railway, kamipun tiba di Kameoka Torokko Station. Dari sana kami melanjutkan perjalanan menggunakan bus yang telah disediakan, karena kami mempunyai tiket untuk naik kapal Hozugawa River Cruises.
Hozugawa River Cruises (Hozugawa Kudari) adalah perjalanan melihat pemandangan dengan perahu menyusuri Sungai Hozugawa dari Kameoka ke Arashiyama. Perahu wisata ini memanfaatkan gaya tradisional, perahu ini dikemudikan oleh pengemudi perahu dengan dayung dan batang bambu. Perjalanan ini memakan waktu kurang lebih sekitar dua jam untuk dengan santai berjalan mengarungi sungai. Dan ini merupakan cara yang santai untuk melihat pemandangan alam yang masih natural. Perjalanan perahu ini sering dikombinasikan dengan naik Sagano Scenic Railway.
Perjalanan perahu ini tersedia sepanjang tahun, namun sangat populer dari pertengahan November hingga awal Desember ketika daun berubah warna. Perahu yang dilengkapi dengan pemanas di musim dingin dan juga beroperasi selama hujan ringan (mereka akan menutupnya dengan tenda), tetapi layanan akan dibatalkan dalam kasus hujan lebat atau perubahan tinggi permukaan air.
Sungai Hozugawa awalnya digunakan untuk mengangkut kayu yang digunakan untuk membangun Kyoto dan kuil-kuil serta istana yang terkenal di Osaka. Selama Periode Edo sungai dibersihkan dari penghalang sehingga perahu yang membawa biji-bijian, kayu bakar dan kargo lainnya bisa dengan aman bernavigasi. Kereta api dan truk akhirnya membuat transportasi sungai mulai ditinggalkan, dan berhenti beroperasi setelah beberapa ratus tahun penggunaan. Namun, perahu ini dibawa kembali dan pada akhirnya menjadi populer sebagai objek wisata.
Perjalanan perahu ini berakhir didekat Togetsukyo Bridge, tepatnya Arashiyama Park. Kami turun disana dan melanjutkan perjalanan ke Bamboo Forest atau Bamboo Groove dengan berjalan kaki sekitar 450 meter.
Bamboo Groves ini sebenarnya hanyalah jalan sejauh kurang lebih 500 meter yang kanan kirinya dipenuhi hutan bambu dimulai dari area sekitar Nonomiya Shrine sampai taman Okochi-Sanso. Bambu memang banyak di Indonesia, tapi belum ada yang dikumpulkan dan ditanam dalam satu area seperti ini tanpa diselingi dengan banyak tanaman lain.
Berjalan-jalan disini seolah kita dibawa ke Jepang jaman dahulu kala saat tidak ada telepon, kereta api ataupun mobil. Masa-masa penuh ketenangan dimana hidup masih sangat sederhana dan berjalan-jalan menikmati hutan bambu hanyalah merupakan bagian dari praktek Zen semata. Tergantung pada cuaca dan waktu saat kita berkunjung, hutan ini memberikan nuansa yang berbeda.
Bunyi daun-daun bambu yang berdesir ditiup angin serta keteduhannya membuat hati terasa ringan. Di awal jalan menuju hutan ini berjajar beberapa toko yang menjual aneka kerajinan dari bambu seperti keranjang, keset, kotak bambu dan tas kecil untuk kimono.
Tidak jauh dari Bamboo Grove, kita akan melewati Tenryu-ji Temple, berhubung kami tidak tertarik untuk masuk (baca: berbayar), maka temple ini kami lewati untuk menghemat waktu. Berjalan kaki beberapa ratus meter, kami melewati Nonomiya Shrine, disana sangat ramai wisatawan yang masuk kedalamnya.
Sebelum keluar dari Nonomiya Shrine, disana ada arena kecil yang bernama The Bamboo Forest Trail, kami sempat berkeliling sebentar, lalu langsung melanjutkan perjalanan ke Toei Kyoto Studio Park.
Perjalanan menuju ke Toei Kyoto Studio Park, kami kembali terlebih dahulu ke Saga-Arashiyama Station (San-In Line). Menuju ke Uzumasa Station (San-In Line), kami membeli makan siang di Family Mart yang berlokasi didepan Uzumasa Station. Setelah perut terisi, kami berjalan kaki dari Uzumasa Station menuju ke Toei Kyoto Studio Park.
Pada saat kami tiba di Toei Kyoto Studio Park, kesan pertama adalah sepi, dan setelah lebih masuk berjalan ke tengah arena theme park, kami baru bertemu dengan banyak orang disana.
Toei Kyoto Studio Park adalah sebuah studio terbuka yang biasa digunakan sebagai tempat shooting film, sekaligus juga berfungsi sebagai theme park. Ya, hampir mirip dengan Universal Studio yang terkenal itu. Bedanya, di studio raksasa ini, seluruh setting-nya bernuansa zaman Edo (1603-1867) dan zaman Meiji (1868-1912). Bangunan-bangunan berskala 1:1 dengan arsitektur tradisional Jepang, mulai dari rumah tinggal sampai kuil, disusun agar membentuk seperti sebuah kota, lengkap dengan replika jembatan dan air sungai yang mengalir di bawahnya, atau pelabuhan dengan efek hujan dan ombak di sekitarnya. Hadir di sana, digambarkan seperti mengalami time-slip atau masuk ke dalam gambaran Jepang kuno dari buku-buku sejarah serta museum.
“Toei Uzumasa Eigamura”, demikian disebut dalam bahasa Jepang, sudah dibuka sejak 1 November 1975. Dengan luas 36 ribu meter persegi, studio ini merupakan salah satu studio terbesar di Jepang, sekaligus satu-satunya studio yang juga berfungsi sebagai theme park.
Ide awalnya adalah untuk membuat sebuah setting film yang dapat digunakan untuk pengambilan gambar drama seri Jepang (genre drama tradisional), sekaligus memberikan kesempatan bagi pengunjung umum untuk melihat bermacam proses pembuatan film yang dilakukan di tempat itu.
Memang, di theme park unik ini tidak ada wahana populer seperti roller-coaster atau ferris-wheel. Namun ada beberapa atraksi hiburan khas Jepang yang bisa dinikmati, seperti pertunjukan akrobat ninja, superhero show, dan Samurai Sword Fighting Lesson.
Ada juga Movie Cultural Hall/Japanese Movie Archives yang menjadi simbol Toei Uzumasa Eigamura . Dari luar, tampak seperti bangunan Eropa pada awal era Meiji. Namun di bagian dalamnya, terdapat bermacam memorabilia seputar sejarah industri film di Jepang.
Anda yang pemberani, juga bisa berkunjung ke rumah hantu (obake). Letaknya di ujung jalan, dan penuh dengan hantu-hantu khas Jepang. Rumah hantu yang konon salah satu yang terseram se-Jepang ini, juga dilengkapi dengan efek darah. Bahkan ada zombie di dalamnya!
Atraksi lainnya adalah Ninja Mystery House. Di sini Anda akan diajak memasuki “rumah ninja” yang dilengkapi dengan berbagai lorong rahasia, pintu rahasia, dan berbagai jebakan seperti yang kita saksikan di film dan manga.
Atraksi selanjutnya yang dapat dinikmati adalah 3D 360 Theater. Teater canggih ini menyajikan bermacam atraksi yang dapat dinikmati oleh seluruh keluarga. Sayangnya, hanya buka selama musim panas saja.
Wahana lain yang juga wajib dikunjungi adalah Toei Anime Museum dan Ukiyo-e Woodcut Print Museum. Ukiyo-e sendiri merupakan gambar berwarna yang diproduksi antara abad ke-17 hingga abad ke-20 dengan metode “woodblock printing” dan merupakan pionir advertising modern pada masa kini.
Yang membuat Toei Uzumasa Eigamura terlihat semakin atraktif adalah banyaknya pengunjung yang lalu lalang mengenakan bermacam kostum tradisional Jepang. Memang, di theme park itu, terdapat penyewaan berbagai kostum tradisional (Costume Rental Shop), mulai kostum samurai, ninja, hingga geisha, lengkap dengan stylist-nya. Ada pula pertunjukan dari street performers, dan layanan tour guide oleh aktor di sana.
Untuk memanjakan perut, ada banyak pilihan restoran seperti Chanbara, Kiraku, Kaikate, Hanamijaya, Na No Hana, serta Ninja Cafe. Banyak juga toko yang menjual oleh-oleh seperti Studio Market, Nihonbasi Edoya Shop, Shinsen Gumi Samurai Shop, Shinobiya, dan banyak lagi.
Secara keseluruhan, theme park di daerah Ukyo, Kyoto City ini baik untuk dikunjungi jika Anda sedang berkunjung ke Negeri Matahari Terbit.
Tidak terasa kami sudah berjalan-jalan di Toei Kyoto Studio Park selama 2 jam lebih. Kami langsung berpindah ke Kyoto Station untuk mencari makan malam dan berjalan-jalan disekitar Kyoto Station. Kami berjalan kaki kembali ke Uzumasa Station menuju ke Kyoto Station.
Setelah keluar dari Kyoto Station, kami tertarik mengunjungi Porta Underground Shopping Mall. Disana kami mencari makan malam Ramen.
Malam ini kami tidak berjalan-jalan hingga larut malam, berhubung kami ingin beristirahat lebih awal karena keesokan hari harus mengejar waktu untuk naik Shinkansen menuju Hakone. Tentunya sebelum kembali ke hostel, kami membeli makanan untuk sarapan besok pagi. Sekian liputan perjalanan di hari ke-8.
Ahman, yang dikenal dengan nama Ahmandonk, adalah seorang penggemar teknologi, pecinta perjalanan, dan kuliner dari Indonesia. Sejak muda, Ahman sudah tertarik dengan dunia komputer dan teknologi, yang ia bagikan melalui blog Ahmandonk.com dan saluran YouTube AhmandonkVLOG. Di blognya, Ahman sering membahas review teknologi, unboxing gadget, dan pengalaman dengan perangkat komputer, sementara di YouTube, ia berbagi vlog tentang petualangan kuliner, penerbangan, dan perjalanan. Melalui konten yang autentik dan menghibur, Ahman berusaha menginspirasi dan memberi informasi kepada audiensnya, sekaligus menunjukkan kecintaannya pada teknologi, eksplorasi, dan berbagi pengalaman.