Film ini diadaptasi secara lepas dari komik karya René Goscinny dan Albert Uderzo. Sang sutradara Frédéric Forestier dan Thomas Langmann memutuskan untuk sedikit mengubah jalan cerita mungkin dengan maksud agar cerita ini lebih menarik dari cerita aslinya. Dalam komiknya, tidak ada sub-plot perebutan tahta Romawi antara Brutus dan Julius Caesar. Sementara tujuan Astérix dan Obélix mengikuti Olimpiade adalah untuk membuktikan bahwa mereka bisa lebih baik daripada orang Romawi dan Yunani dan bukan untuk menolong Alafolix. Alafolix dan Irina ini bahkan tidak pernah ada dalam kisah aslinya. Dari sisi cerita, penambahan sub-plot ini jadi berkesan mengesampingkan tokoh utama kisah ini. Astérix dan Obélix dalam film ini seolah bukan lagi tokoh utama. Malah ada kesan bahwa yang jadi sentral dari cerita film ini justru adalah Brutus. Meskipun terkesan bahwa tokoh Astérix dan Obélix bukanlah tokoh sentral, namun akting Clovis Cornillac dan Gérard Depardieu tidak bisa dianggap enteng. Gérard Depardieu mungkin tak terlalu mengalami kesulitan mengingat ini adalah ketiga kalinya ia memerankan tokoh yang sama. Sementara Clovis Cornillac yang baru kali ini mendapat peran sebagai Astérix justru terlihat pas membawakan peran ini. Mungkin yang paling menonjol dari film ini adalah setting yang memikat mata. Visualisasi dari film ini mampu menerjemahkan penggambaran dalam versi komiknya. Untuk sebuah hiburan, film ini layak untuk ditonton.