Pemerintah Amerika Serikat tengah mempertimbangkan larangan penjualan router TP-Link di wilayahnya. Langkah ini dipicu oleh kekhawatiran bahwa perangkat buatan perusahaan asal Tiongkok tersebut digunakan oleh peretas yang didukung negara China untuk menyerang infrastruktur penting AS.
Latar Belakang Investigasi
TP-Link, produsen router Wi-Fi terbesar di dunia, menghadapi penyelidikan dari Departemen Perdagangan, Pertahanan, dan Kehakiman AS. Penyelidikan ini mencakup dugaan praktik harga predator dan potensi risiko keamanan nasional akibat hubungan perusahaan dengan pemerintah China.
Sejumlah anggota parlemen AS mengirim surat kepada Sekretaris Perdagangan, Gina Raimondo, mendesak investigasi terhadap TP-Link. Mereka menyoroti kerentanan keamanan pada firmware TP-Link dan kasus eksploitasi router perusahaan tersebut untuk menyerang pejabat pemerintah di negara-negara Eropa.
Dugaan Keterlibatan dalam Serangan Siber
Peneliti keamanan menemukan bahwa peretas yang didukung pemerintah China menggunakan router TP-Link sebagai bagian dari kampanye peretasan yang menargetkan pejabat pemerintah di Eropa. Perangkat ini digunakan untuk menyembunyikan serangan lanjutan terhadap infrastruktur penting AS.
Microsoft juga melaporkan adanya botnet yang terdiri dari ribuan router, kamera, dan perangkat IoT lainnya—sebagian besar adalah model TP-Link—yang digunakan untuk menyerang layanan cloud Azure sejak Agustus 2023.
Tanggapan TP-Link
TP-Link membantah tuduhan tersebut, menyatakan bahwa mereka adalah perusahaan independen yang tidak memiliki hubungan dengan Partai Komunis China. Perusahaan juga menegaskan bahwa mereka telah memindahkan produksi router ke Vietnam sejak 2018 dan berkomitmen terhadap standar keamanan industri di AS.
Potensi Dampak Larangan
Jika larangan penjualan diberlakukan, dampaknya bisa signifikan mengingat TP-Link menguasai sekitar 65% pangsa pasar router rumah dan bisnis kecil di AS. Larangan ini juga dapat memicu ketegangan lebih lanjut dalam hubungan teknologi antara AS dan China.