Nirmala, Juni 2003
Ketakutan berlebihan untuk mengkonsumsi lemak, disebut kolesterolfobia, membuat seseorang sama sekali menghindari lemak. Mereka antipati terhadap makanan bersantan, gorengan, daging berlemak, makanan bermentega. Gangguan ini timbul akibat pemahaman yang salah mengenai pengaruh asupan lemak terhadap serangan jantung dan stroke.
Akibatnya, hati (liver) tidak memiliki stok lemak untuk memproduksi kolesterol. Padahal, kolesterol dalam jumlah terbatas sangat diperlukan tubuh untuk membentuk hormon seks, sehingga pantang lemak dapat menurunkan gariah seksual. Hasil penelitian tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Mahidol, Bangkok, Thailand, menyebutkan kadar lemak darah para pelaku vegetarian umumnya sangat rendah. Selain pantang makanan hewani yang merupakan sumber lemah jenuh, mereka juga membatasi lemak nabati seperti minyak goreng.
Hasil penelitian tim dari University of Hawaii, AS, menyebutkan kadar lemak darah yang terlalu rendah membuat orang cenderung mudah melakukan bunuh diri, atau setidaknya menyakiti diri sendiri. Penelitian dilakukan terus menerus selama 20 tahun, melibatkan 3500an orang yang sama. Responden yang secara konsisten kadar lemaknya darahnya terlalu rendah berpeluang meninggal akibat bunuh diri 65% di atas rata-rata. Semakin dini usia responden memiliki kadar lemak darah terbatas, semakin besar kecenderungan untuk bunuh diri.
Menurut laporan WHO, dikutip dari buku dr. drh. Mangku Sitepoe Kolesterolfobia: Keterkaitannya dengan Penyakit Jantung, angka bunuh diri di negara maju meningkat 30 – 35% dalam 40 tahun terakhir. Angka tertinggi di Hungaria, 90,2 per 100.000 penduduk.
Masih menurut Siptepoe, majalah ilmiah Lancet vol. 339, 21 Maret 1992 pernah mengungkapkan hasil penelitian Hyman Engelberg. Jumlah kematian akibat penyakit jantung di antara responden dengan kadar lemah darah berlebihan yang mendapatkan terapi terpadu dengan pemberian obat dan diet lemak terbatas, menurun drastis. Namun hal ini tidak menurunkan total angka kematian secara nyata. Sebab menurunnya angka kematian akibat penyakit jantung ini dibarengi dengan meningkatnya angka kematian akibat bunuh diri, lantaran penderita terlalu ketat membatasi asupan lemak.
Engelberg menegaskan kadar lemak darah terbatas akan mengurangi produksi serotonin, sehingga mudah memicu munculnya perasaan ingin bunuh diri (suicide) dan menyakiti diri sendiri (parasuicide). Karena itu, sangat tidak dianjurkan untuk berpantang lemak. Meskipun Anda beresiko, sedang menderita, atau pernah mendapatkan serangkan jantung atau stroke, sebaiknya Anda tetap mengkonsumsi lemak. Hanya saja, jumlahnya terkontrol dan pilihlah lemak sehat yang bersifat tak jenuh (baca “Sukses Menggelontor Kelebihan Kolesterol,” Nirmala, Mei 2003). (N)