Kisah lain yang juga tak kalah menyentuh adalah kisah seorang pekerja percetakan, Rama yang bertemu Iin, mojang Sukabumi yang datang ke Jakarta untuk mencari kekasihnya. Mereka bertemu saat Iin hendak membuat selebaran. Masa lalu yang serupa mempersatukan mereka, membuat mereka berani mengejar hari esok. Kisah ketiga bercerita mengenai indahnya cinta beserta masalah yang mengiringinya lewat kisah Tere dan Awin. Tere, seorang penulis yang sukses dan terkenal bertemu dengan Awin, penjaga toko buku yang sebenarnya memiliki bakat terpendam sebagai penulis. Benih cinta pun muncul di antara keduanya. Ketika kemudian ketakutan Awin untuk mencintai muncul, Tere sebaliknya membuka mata Awin bahwa cinta tak semestinya dibatasi. Kisah berikutnya adalah pasangan termuda dalam film ini. Dua mahasiswa Restu dan Dinda yang menjalani hidup dengan santai dan riang, jatuh cinta pada pandangan pertama. Sayang jalinan asmara mereka terpisahkan oleh maut. Meski demikian, cinta mereka tetap kekal. Kisah pungkasan adalah pasangan muda yang memasuki usia pernikahan delapan tahun, dengan buah hati mereka Icha. Icha yang menderita autisme membutuhkan kedua orangtuanya untuk melewati hidup yang tak mudah. Sementara Gilang dan Miranda sendiri harus menerima kenyataan bahwa pernikahan mereka pun punya masalah. Pada akhirnya ketika Gilang merelakan Miranda pergi, dia menemukan cinta sejati di suatu hari yang tak terduga. Sejak film ini mulai digarap pada akhir 2007, banyak yang mengomentari film ini mencontek film produksi Hollywood LOVE ACTUALLY (2005) yang mengisahkan beberapa pasangan dengan pahit manis kisah cinta mereka, dan dibintangi Hugh Grant, Emma Thompson, Colin Firth, Keira Knightley, dan Rowan Atkinson. Namun anggapan ini dibantah oleh penulis naskah film LOVE, Titin Watimena. Titin yang bekerja sama dengan sutradara asal Malaysia Khabir Bhatia ini menegaskan bahwa kisah ini terinspirasi dari hasil pengamatan sehari-hari di lingkungan sekitarnya yang sangat beragam.