Masih ingat ‘kehebatan’ kungfu untuk sepak bola dalam SHAOLIN SOCCER? Nah kali ini KUNGFU DUNK masih mengedepankan kehebatan kungfu namun digunakan dalam olahraga basket. Terinspirasi dari komik manga asal jepang yang sudah cukup terkenal di Indonesia yaitu SLAM DUNK, film ini berkisah tentang perjalanan seorang pemuda ahli kungfu yang menekuni olahraga basket dan dibumbui oleh drama percintaan. Kisah bermula dari pemuda bernama Shi-Jie (Jay Chou) yang besar di sekolah Kung-Fu. Tak hanya piawai dalam aksi bela diri, Shi-Jie ternyata juga pandai memainkan slam dunk. Bakatnya diketahui oleh Chen-Li (Eric Tsang) yang licik dan menjadikannya pemain jalanan. Dengan alasan menolong Shi-Jie mencari keluarganya, Chen-Li mengajaknya ikut bermain dalam turnamen basket antar kampus. Namun tujuan utama Chen-Li bukanlah membantu Shi-Jie tapi memperalatnya guna mendapatkan uang untuk dirinya sendiri. Setelah bergabung dengan tim basket universitas, Shi-Jie mengetahui bahwa gadis yang dipujanya sejak lama, Li-Li (Charlene Choi) adalah adik dari Ting-Wei (Bo-Lin Chen), pimpinan tim basket mereka. Perjuangan Shi-Jie menjadi pemain andalan di timnya, sama beratnya dengan perjuangan mendapat perhatian dari Li-Li yang telah menaruh hati pada teman satu tim di First, Xiao-Lan (Baron Chen). Upaya merebut perhatian Li-Li dari Xiao-Lan berdampak buruk pada kekompakan tim.
Memasuki kejuaraan basket, tim universitas pimpinan Ting-Wei melaju pesat. Di babak final, tim mereka harus berhadapan dengan musuh bebuyutan yang mengalahkannya secara telak pada musim lalu. Tim tersebut dinilai sangat sadis, keji, dan menghalalkan segala cara untuk memenangkan pertandingan, bahkan bila perlu menggunakan kekerasan. Mampukah Shi-Jie mengembalikan kekompakan tim dan merebut kemenangan bagi timnya? Bagaimana juga cara Shi-Jie merebut perhatian Li-Li. Mampukah ia menemukan keluarganya? Meski dikenal sebagai penyanyi, Jay Chou mampu memukau penonton pada filmnya yang kelima ini. Tanpa banyak dialog, Jay Chou mampu menghidupkan karakternya dengan gesture (bahasa tubuh) dan ekspresi wajah. Film ini pun tak hanya berisi adegan kekerasan, karena pesan moral dalam film ini adalah mencari pemahaman tentang hidup. Ceritanya pun sangat kuat, meski ada sedikit hal yang kurang masuk akal.