The Final Destination

the_final_destination_2009Hari itu sebenarnya Nick O’Bannon (Bobby Campo) berencana untuk bersenang-senang dengan menonton balap mobil bersama teman-temannya. Sayangnya tak semua rencana manusia berjalan seperti yang diinginkan. Anehnya, Nick justru mendapat peringatan akan kejadian yang akan segera menimpanya.

Saat tertidur, Nick mendapat mimpi buruk yang baginya terlihat sangat nyata. Ia melihat kecelakaan beruntun di jalur balap yang mengakibatkan pecahan dari mobil ini melayang ke arah penonton. Dalam mimpi Nick, pecahan ini mengenai dirinya beserta teman-temannya dan mengakibatkan kematian mereka semua. Saat terbangun, Nick panik dan mengajak semua teman-temannya pergi dari sana secepatnya.

Ternyata kejadian dalam mimpi Nick benar-benar terjadi persis seperti dalam mimpi Nick. Awalnya mereka yakin bahwa mereka selamat dari malapetaka yang baru saja terjadi namun yang mereka tidak tahu adalah bahwa takdir telah ditulis dan kematian akan tetap datang meski di hari yang lain. Mampukah Nick, Lori (Shantel VanSanten), Janet (Haley Webb), Hunt (Nick Zano) menghindar dari takdir kematian yang telah ditetapkan ini?

Saat pertama film FINAL DESTINATION beredar, ada sesuatu yang menarik dari film ini. Idenya sebenarnya cukup sederhana, menyadarkan kita bahwa kematian tidak datang tiba-tiba. Ada satu proses panjang menuju titik ini. Ada sebuah skenario hingga seorang manusia menemui ajalnya. Buat mereka yang religius, ini disebut takdir sementara yang lebih memilih jalan logika mungkin melihatnya sebagai sebuah proses alami.

Ide itu cukup menarik hingga produser berencana membuat sekuelnya, tidak hanya satu tapi tiga. Dari sini ide menarik itu lalu jadi basi. Bagian kedua dan ketiga tak lebih dari pengulangan cerita dengan pemain baru. Tapi itu toh tidak menghentikan pembuatan bagian keempat ini yang sebenarnya juga pengulangan dari ide pertama itu. Kalaupun ada yang baru, barangkali hanya pembuatan film ini yang dikemas dalam bentuk 3 dimensi.

Kelemahan dari empat film FINAL DESTINATION ini sebenarnya hanyalah pada proses penuangan ide dasar menjadi sebuah naskah film. Dari awal naskah sepertinya hanya sebagai pembatas dari serangkaian kejadian sama yang berulang beberapa kali. Ditambah lagi dengan aktor yang tak terlalu berpotensi, lengkap sudah kelemahan keempat film ini. Dalam kasus THE FINAL DESTINATION ada aktor yang sebenarnya punya cukup potensi namun sepertinya kerangka naskah tak mengijinkannya berbuat terlalu banyak. Akhirnya ia jadi tak lebih dari sekedar karakter dua dimensi yang dikemas dalam film tiga dimensi. Ironis.

Source: Kapanlagi

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *