I Know Who Killed Me

I Know Who Killed MeKetenangan kota kecil bernama New Salem tiba-tiba saja diusik oleh serangkaian pembunuhan yang dilakukan terhadap para gadis di kota kecil itu. Sebelum dibunuh, para korban ini mengalami siksaan fisik selama berminggu-minggu. Suatu ketika, Aubrey Fleming (Lindsay Lohan), seorang pianis dan penulis muda berbakat di kota itu tiba-tiba saja menghilang. Para agen FBI yang bertugas menyelidiki kasus ini hampir menyerah sampai suatu malam Aubrey ditemukan di tepi jalan dalam keadaan tak sadarkan diri.

Setelah mendapatkan perawatan medis, gadis yang semula dianggap Aubrey ini mengaku bahwa ia adalah Dakota Moss dan bukan Aubrey seperti yang dikira semua orang. Dokter dan FBI mengira bahwa ini hanyalah akibat psikis dari siksaan yang diterima Aubrey saat diculik. Namun ternyata masalahnya tak sesederhana itu karena Daniel (Neal McDonough) selama ini menyimpan satu rahasia yang tak pernah diungkapkannya pada siapa pun termasuk Susan (Julia Ormond), istrinya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Aubrey?

Chris Sivertson menyutradarai film horor ini berdasarkan naskah yang ditulis oleh Jeff Hammond. Meskipun masih mengusung tema yang sama dengan kebanyakan film horor, namun film ini mencoba ‘menyegarkan’ suasana dengan mengusung plot yang terbilang baru.

Mungkin ini bukan termasuk film yang bakalan masuk nominasi piala Oscar, namun setidaknya ada beberapa hal yang cukup menarik dari film ini. Yang pertama adalah permainan Lindsay Lohan yang lumayan bagus. Dalam film ini, Lindsay harus memerankan dua tokoh dengan karakter yang bertolak belakang. Sebagai Aubrey, ia adalah seorang gadis dengan masa depan cemerlang sementara sebagai Dakota, Lindsay harus mampu memerankan seorang wanita yang bekerja sebagai penari telanjang.

Mungkin peran ‘ganda’ ini tak akan menghasilkan piala Oscar buat Lindsay namun setidaknya, ia cukup mampu menghayati kedua perannya itu. Mungkin ini disebabkan adanya kesesuaian karakter Lindsay dengan tokoh yang ia bawakan namun paling tidak ada sebuah media yang sempat berkomentar bahwa adegan strip dance Lindsay ditata dengan begitu indah dan artistik.

Hal kedua yang menarik dari film ini adalah masalah ‘pewarnaan’ yang menyimpang dari film-film dari genre sejenis. Kalau biasanya film thriller dan horror selalu menampilkan nuansa kehijauan, film ini justru menggunakan nuansa biru dan merah yang membuat film ini jadi terlihat lebih ‘hidup’.

Selebihnya, film ini menawarkan cerita yang tak jauh dari pakem film horor, pembunuhan. Bila Anda termasuk penggemar film-film thriller seperti I KNOW WHAT YOU DID LAST SUMMER, SCREAM, atau GOTHIKA, bisa jadi Anda akan menyukai film yang satu ini. Namun bila Anda berharap ada psychological thriller macam THE BONE COLLECTOR, Anda tak akan mendapat kepuasan yang sama.

Tapi usaha Chris Sivertson, sang sutradara, dan Jeff Hammond, sang penulis naskah untuk sedikit membuat twist dari alur cerita cukup mampu memberi unsur ketegangan buat film berdurasi kurang dari dua jam ini.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *