The Mist

Barusan saja saya keluar dari Cilandak Town Square 21….. mmm…. sebener nya tertarik film nonton film ini berhubung durasi nya yg cukup panjang, yaitu 126menit!! wah.. film apa nich ? 😛 lalu pas setelah beli tiket… saya beli minuman dan pop corn….. pas uda masuk ke studio nya.. dan saya hendak mau melepaskan tas, eh tau2 pop corn saya jatuh… dan isi nya tinggal 1/2 deh!! 🙁 hiks2… menyedihkan…. yah uda deh… makan sisa nya yg masih bersih di boksnya…. dan saya sebener nya telat sekitar 7 menit setelah film mulai.. jadi saya gak tau awal mula cerita nya… pertama sich binun banget.. koq tiba2 rame2 di dalam swalayan.. tapi gpp deh… setelah saya serius mengikuti jalan cerita nya… saya tetep masih binun… mungkin cerita nya kompleks gitu… dan agak ribet…. dan didalam film ini mengandung unsur SARA gitu… jadi agak menyudutkan sebuah agama.. menurut saya sich kurang baek di tonton oleh masyarakat indonesia…. dan menurut saya alur cerita nya gak gitu bagus…. apa mungkin inti ceritanya terdapat didalam 7 menit awal film tsb ? tapi saya rasa tidak.. krn di tengah ceritanya, koq tidak ada tanda2 bahwa itu berawal dari apa… cuma saling menuduh….. diawal nya juga sudah mulai saling tuduh. jadi saya pun binun mana yg bener….. ok gak osa panjang lebar.. saya mulai resensi dari film The Mist ini….

Tak satu pun penduduk kota Maine yang mengira bahwa mereka akan mengalami peristiwa paling menakutkan dalam hidup mereka. Semuanya berawal dari badai yang melanda kota itu. Keesokan harinya, kota itu diliputi kabut yang tak jelas asalnya. Saat sedang berada dalam sebuah swalayan di kota itu, David Drayton (Thomas Jane) dan istrinya Stephanie (Kelly Collins Lintz) bersama putra mereka Billy (Nathan Gamble) yang baru berusia lima tahun tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan para petugas kepolisian di tempat tersebut. Tak berapa lama kemudian seorang pria bernama Dan Miller (Jeffrey DeMunn) masuk ke dalam swalayan tersebut sambil berteriak histeris. Dan mengatakan bahwa ada sesuatu yang menakutkan dalam kabut yang menyelimuti kota itu. Dalam sekejap, David dan semua orang yang berada dalam swalayan tersebut berada dalam bahaya. Beberapa orang mengira bahwa apa yang ada dalam kabut itu adalah hasil percobaan militer sedangkan yang lain menganggap itu adalah murka Tuhan.

Film horor yang diadaptasi Frank Darabont, sang sutradara, dari novel karya Stephen King ini masih mengambil topik seputar monster dan teori persekongkolan yang melibatkan pihak militer. Bahkan bisa dibilang bahwa ide cerita yang sama sudah pernah menjadi banyak film sebelumnya, sebut saja NIGHT OF THE LIVIND DEAD atau 30 DAYS OF NIGHT. Tapi toh ternyata ide yang sama masih bisa dijadikan film lain. Bisa dibilang film ini menyajikan ketegangan dalam versi yang sedikit berbeda. Meskipun berkisah tentang monster namun monster itu sendiri hampir tak pernah terlihat, kecuali beberapa serangga raksasa dan lengan gurita yang muncul tanpa terlihat wujud utuh monsternya. Ketegangan berusaha dibangun dari kondisi psikologi beberapa orang yang saat itu sedang terjebak dalam swalayan tersebut.

Ide ini bisa dibilang cukup menarik lantaran menampilkan wujud monster bisa jadi malah merusak ketegangan yang sebenarnya sudah cukup terbangun. Unsur konflik yang terjadi di antara warga yang terjebak pun makin menambah rumit permasalahan. Terlepas dari film ini menegangkan atau tidak, para aktor dan aktris pendukung film ini mampu membangun nuansa mencekam lewat ekspresi maupun nada bicara mereka. Malah bisa dibilang Thomas Jane berperan cukup apik dalam film ini. Secara keseluruhan, film ini layak untuk ditonton meskipun di sana-sini masih terlihat beberapa adegan yang sedikit terasa janggal dan tidak masuk akal.

One Comment

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *