Hantu Ambulance

Setelah sekitar 17 tahun vakum dari dunia layar lebar, legenda horor Indonesia, Suzanna kembali tampil di depan kamera. Kali ini sang suami, Clift Sangra juga berperan dalam film yang juga didukung pemain-pemain muda, seperti Dimas Andrean, Ratna Galih, Fitri Ayu, Wiliam Alvin, dan Gianinna Emanuela. Produser spesialis film horor, Shanker, yang di penghujung tahun lalu juga memproduseri FILM HOROR, mengatakan film ini diilhami dari kisah legenda masyarakat tentang mobil ambulans misterius di Jalan Baureksa, Bandung, Jawa Barat. Jalan Baureksa kini menjadi tempat wisata dadakan karena kisah legenda yang tersebar hingga di luar Bandung. Film ini mulai diputar di bioskop pada tanggal 21 Februari 2007. Tokoh utama film ini adalah Rano (Dimas Andrean) yang merupakan cucu dari Widya (Suzanna). Sang nenek selalu menyembunyikan cerita masa lalu keluarga Rano yang kelam, demi menjaga nama baik keluarganya.

Gina, ibu Rano, melakukan pesugihan demi memperbaiki taraf ekonomi keluarganya. Namun Gina mesti membayarnya dengan tumbal nyawa. Hingga satu ketika, karena melalaikan kewajiban itu, maka sang makhluk gaib yang disembah Gina pun menghabisi seluruh keluarga Gina. Hanya Rano yang terselamatkan. Sekian tahun berlalu, Rano bersama tiga temannya Dicky (William Alvin), Ocha (Ratna Galih), dan Popi (Fitri Ayu) pindah dari Jakarta ke Bandung untuk melanjutkan studi. Mereka mengontrak rumah di Jalan Baureksa karena harganya murah dan dekat dengan kampus. Rumah itu ternyata kediaman keluarga Rano di masa lalu. Di depan rumah yang suram dan angker itu terdapat mobil ambulans yang ditutup terpal dengan banyak sekali bercak darah mengering. Menurut rumor yang beredar, ambulans tersebut mengandung mistik. Bukan sekedar rumor ternyata. Karena sejak mereka tinggal di rumah itu, kejadian-kejadian aneh dan mengerikan mereka alami. Terutama ambulans yang terus memakan korban serta menyimpan kutukan makhluk gaib yang masih mengincar korbannya, yaitu keluarga Rano.

Di tengah teror ambulans, Rano mendapat kilasan-kilasan ingatan masa lalunya. Setelah memohon kepada Widya, Rano akhirnya mengetahui masa lalu keluarganya. Rano bertekad mematahkan kutukan itu dengan caranya sendiri, walaupun harus mengorbankan dirinya. Apalagi, teman-temannya juga jadi korban. Di tengah-tengah ketegangan yang berlangsung, Fiona, mantan kekasih Rano tiba-tiba datang menemui Rano di Bandung. Rano yang menaruh hati Popi, gundah kembali. Namun, Rano akhirnya harus merelakan kepergian salah satu dari kedua gadis yang dekat di hatinya, dengan cara tragis. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu? Dapatkah Rano menghapus kutukan itu dan menyelamatkan teman serta orang yang dia cintai? Sepertinya film ini juga tak jauh beda dengan film-film horor sebelumnya, sangat tidak menarik. Efek suara menegangkan yang diharapkan dapat mengagetkan penonton, hanya berhasil sesaat saja. Cerita yang dihadirkan cenderung tidak menarik, membingungkan, dan membosankan. Asal-usul keluarga Rano tidak jelas benar, hingga tiba-tiba ada hantu bergentayangan dan menakuti Rano serta kawan-kawannya. Secara artistik, hantu-hantu yang dihadirkan dalam film itu itu juga terlihat tidak menakutkan. Penonton dibuat bingung dengan akhir cerita yang terburu-buru dan tidak terasa klimaksnya. Suzanna yang digadang-gadang menjadi ‘roh’ film bertema horor ini, kurang tereksplorasi dengan baik. Dia hanya berakting sambil duduk atau berdiri beberapa saat saja. Padahal sang produser menyatakan berambisi mengembalikan sang ratu film horor itu kembali ke layar lebar dengan akting terbaiknya. Bahkan Suzanna memboyong kostum koleksi pribadinya yang modelnya mirip kostum pada film-filmnya terdahulu. Sehingga hantu Suzanna kembali bergentayangan. Meski demikian, akting Suzanna terlihat jauh lebih menonjol dibanding pemain muda lain. Dimas sebagai tokoh utama kurang matang aktingnya. Adegan ketika ia dikejutkan sosok bayangan di kamarnya dan ketakutan saat dikejar hantu, terlihat tidak natural.

Add a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *